Senin, 31 Oktober 2011
Kamis, 27 Oktober 2011
Kamis, 20 Oktober 2011
Alhamdulillah kita semua selamat
Kejadian tak terduga ketika kita sedang dalam perjalanan menuju kota tegal, kejadian ini terjadi pada rabu 19 oktober 2011 sekitar pukul 23.30 wib, di daerah siwalan. Saya dan 3 orang teman saya mengalami kecelakaan tunggal. tapi Alhamdulillah kita selamat.
Minggu, 09 Oktober 2011
Oh Breanne Düren !!!
Breanne Düren is an American musician, most notable for her work with electronic music project Owl City and her own solo work.
Born as Breanne Elizabeth Dürenberger on October 9, 1987, she shortened her name to "Breanne Düren" during college for performance purposes. As a child, Düren's parents put her in vocal lessons because she was always singing. She also took piano and dance lessons. She is known for her soft, high voice
Born as Breanne Elizabeth Dürenberger on October 9, 1987, she shortened her name to "Breanne Düren" during college for performance purposes. As a child, Düren's parents put her in vocal lessons because she was always singing. She also took piano and dance lessons. She is known for her soft, high voice
Mike Hranica 1950′s! Hairstyle
Mike Hranica adalah vokalis band TDWP , termasuk band favorit gue karena band gue dulu sering banget cover-in lagu-lagu mereka LOL
Kemarin seperti biasa gue lagi me-kaskus untuk mencari inspirasi model rambut yang keren, tentu dengan tema bang, poni dan sebangsanya.
Lalu gue tertarik pada postingan komen disana yang menampilkan potongan rambut Mike Hranica, volcalist Devil Wears Prada. Dimana si Mike memiliki potongan rambut, oldish tahun 1950-an yang memiliki kesan rapi dan ‘klimis’, namun jujur gue melihat ini sebagai sebuah gaya yang sangat gue ingat terus.
Mengobarkan Semangat Pemuda
KHASANAH pengetahuan masyarakat Indonesia terkait dunia periklanan, ada yang disebut sebagai perang pemikiran -gozwul fikri-, tak terkecuali iklan layanan masyarakat terkait kepeloporan pemuda. Mulai iklan kebobrokan moral bangsa, semangat perjuangan bangsa, kemajuan ekonomi, peradaban, pendidikan, bahkan sampai kemajuan teknologi, semua mengikatkan para pemuda dalam setiap tayangan space iklannya. Baik dimedia elektronik maupun cetak, juga spanduk dan baliho.
Pemuda yang diidentikkan dengan sumber kekuatan, punya idealita, selera muda, sampai pada life-style terkini. Produsen rokok tak mau ketinggalan, mempromosikan penyakit pun menggunakan kekuatan pemuda, terlihat dalam setiap produknya tertulis “merokok dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, paru-pau, hipertensi, dan gangguan janin pada wanita hamil”. Jadinya bertolak belakang dengan semangat kepemudaan sebagai simbol kekuatan.
Rawe-rawe rantas malang-malang putung, waja sampai kaputing, contoh dari semboyang yang sering kita dengar sejak zaman perjuangan dulu. Dengan tujuan membakar dan mengobarkan semangat juang para pemuda agar segera ambil tindakan turut dalam barisan para pejuang. Karena pada hakekatnya setiap hari kita berjuang menggapai ridho Allah SWT, bagaimanapun caranya.
Terlalu banyak jargon-jargon perjuangan yang bertujuan membujuk para pemuda yang hanya adem ayem saja, tapi ternyata banyak juga yang tetap terlelap dalam ‘tidurnya’. Betapa tidak, tatkala Banua ini memerlukan uluran tangan para pemuda jiddiyah yang tidak hanya menuntut ilmu, tapi juga berperan aktif mengabdi kepada masyarakat, justru yang terjadi adalah jangankan mikirin orang lain mikir diri sendiri demi kemajuan mentalnya saja, tidak mau. Mereka lebih suka memperturutkan kesenangannya dibanding kebutuhannya, seperti main play station tanpa kenal waktu, ke ‘dugem’ secara terjadual, mejeng di jalanan dan lain sebagainya.
Banua, Bangsa, dan Agama sangat mengharapkan peran aktif pemuda. Pemuda itu ibarat anak emas, satu-satunya harapan tatkala para pendahulu yang telah sepuh tidak lagi mampu berjalan sesuai khitthahnya. Mereka belum banyak terkontaminasi dengan beban-beban sejarah, pemikirannya maju, idealis, tidak mau kompromi jika tidak sesuai dengan pandangannya. Sebagaimana kata Asy-Syahid Imam Hasan Al-Banna, pemuda adalah generasi perubah peradaban.
Terusik dengan maraknya, perbuatan asusila yang dilakukan para pemuda, tatkala ‘tangan dan kata-kata’ belum bisa terlaksana, saya hanya berdoa agar Allah tidak menimpakan adzab di Banua khususnya dan bangsa secara umum. Inilah salah satu harapan dari salah seorang pemuda yang sedang giat menggerakkan peran pemuda dewasa ini ditengah menjamurnya kebobrokan moral sebagian pemuda.
Saya tidak yakin, mereka telah faham akan hakekat seorang pemuda. Entahlah, apakah para seniornya tidak mentranformasikannya kepada juniornya, orang tuanya lupa mengajarkannya kepada mereka karena alasan terlalu sibuk dengan aktifitas kesehariannya. Dengan dalih, toh mereka bisa mendapatkannya disekolah dan kampus maupun pergaulan.
Lebih setengah abad yang lalu kita keluar dari zaman penjajahan, bertubi-tubi dan berganti-ganti negara yang menjajah. Sakit, menjadi negeri terjajah. Tapi justru kita bersemangat dalam melawan mereka, dikobarkan dimana-mana tentang makna perjuangan oleh segelintir insan manusia berjiwa pembaharu yang kreatif. Kemajuan demi kemajuan kita capai dalam target perebutan kembali negeri kita, tahapan dilalui dengan langkah pasti. Sampeyan tahu siapa mereka, pemuda. Pemuda-lah dibalik semua aktifitas perlawanan terhadap kebiadaban penjajah.
Terkesan eksklusif dari pandangan masyarakat umum, memang begitulah sunatullahnya seorang pemuda. Kalau ada pemuda yang sama saja dengan masyarakat disekitarnya, mulai dari perangai sampai pola pikir, sikap, dan tindaknya, patut dipertanyakan kepemudaannya. Jangan-jangan mereka ‘layu sebelum berkembang’. Namun, tidak perlu menyalahkan pihak lain, cukup introspeksi diri lalu perbaiki. Ini berlaku bagi semua tingkatan usia, muda sampai orangtua.
Mungkin negara kita perlu dijajah lagi, biar para pemudanya jadi kreatif dalam dan tidak terlelap pada kehura-huraannya. Padahal, saat ini para pemuda kita sedang diserang oleh para penjajah. Mulai dari sex bebas, narkoba, fashion, film, fans, bahkan food yang samar nilai kehalal-annya. Tak sadarkah kalian, wahai para pemuda. Pintar banar para penjajah era kini dalam menjajah, pemuda kita justru mendukung ‘bom atom’ yang dilancarkan oleh mereka. Ditambah regulasi pemerintah dan DPR yang menjadi ‘macan ompong’ saja, serta keberadaan masyarakat yang sakit.
Sadarlah, bangunlah, bersatulah segera sebelum terlambat. Sesal kemudian tiada guna. Bergabunglah dalam kelompok-kelompok pemuda dalam memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan negara dan bangsa. Pilah dan pilih secara objektif landasan pacumu, cari yang selamat aqidahnya. Tak ada kata henti bagi kalian untuk terus maju dan berjuang di garda terdepan para pemuda. Asahlah selalu religiusmu, jangan hanya membebek alias taklid buta. Do’aku bersamamu. Allahu Akbar.
Pemuda yang diidentikkan dengan sumber kekuatan, punya idealita, selera muda, sampai pada life-style terkini. Produsen rokok tak mau ketinggalan, mempromosikan penyakit pun menggunakan kekuatan pemuda, terlihat dalam setiap produknya tertulis “merokok dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, paru-pau, hipertensi, dan gangguan janin pada wanita hamil”. Jadinya bertolak belakang dengan semangat kepemudaan sebagai simbol kekuatan.
Rawe-rawe rantas malang-malang putung, waja sampai kaputing, contoh dari semboyang yang sering kita dengar sejak zaman perjuangan dulu. Dengan tujuan membakar dan mengobarkan semangat juang para pemuda agar segera ambil tindakan turut dalam barisan para pejuang. Karena pada hakekatnya setiap hari kita berjuang menggapai ridho Allah SWT, bagaimanapun caranya.
Terlalu banyak jargon-jargon perjuangan yang bertujuan membujuk para pemuda yang hanya adem ayem saja, tapi ternyata banyak juga yang tetap terlelap dalam ‘tidurnya’. Betapa tidak, tatkala Banua ini memerlukan uluran tangan para pemuda jiddiyah yang tidak hanya menuntut ilmu, tapi juga berperan aktif mengabdi kepada masyarakat, justru yang terjadi adalah jangankan mikirin orang lain mikir diri sendiri demi kemajuan mentalnya saja, tidak mau. Mereka lebih suka memperturutkan kesenangannya dibanding kebutuhannya, seperti main play station tanpa kenal waktu, ke ‘dugem’ secara terjadual, mejeng di jalanan dan lain sebagainya.
Banua, Bangsa, dan Agama sangat mengharapkan peran aktif pemuda. Pemuda itu ibarat anak emas, satu-satunya harapan tatkala para pendahulu yang telah sepuh tidak lagi mampu berjalan sesuai khitthahnya. Mereka belum banyak terkontaminasi dengan beban-beban sejarah, pemikirannya maju, idealis, tidak mau kompromi jika tidak sesuai dengan pandangannya. Sebagaimana kata Asy-Syahid Imam Hasan Al-Banna, pemuda adalah generasi perubah peradaban.
Terusik dengan maraknya, perbuatan asusila yang dilakukan para pemuda, tatkala ‘tangan dan kata-kata’ belum bisa terlaksana, saya hanya berdoa agar Allah tidak menimpakan adzab di Banua khususnya dan bangsa secara umum. Inilah salah satu harapan dari salah seorang pemuda yang sedang giat menggerakkan peran pemuda dewasa ini ditengah menjamurnya kebobrokan moral sebagian pemuda.
Saya tidak yakin, mereka telah faham akan hakekat seorang pemuda. Entahlah, apakah para seniornya tidak mentranformasikannya kepada juniornya, orang tuanya lupa mengajarkannya kepada mereka karena alasan terlalu sibuk dengan aktifitas kesehariannya. Dengan dalih, toh mereka bisa mendapatkannya disekolah dan kampus maupun pergaulan.
Lebih setengah abad yang lalu kita keluar dari zaman penjajahan, bertubi-tubi dan berganti-ganti negara yang menjajah. Sakit, menjadi negeri terjajah. Tapi justru kita bersemangat dalam melawan mereka, dikobarkan dimana-mana tentang makna perjuangan oleh segelintir insan manusia berjiwa pembaharu yang kreatif. Kemajuan demi kemajuan kita capai dalam target perebutan kembali negeri kita, tahapan dilalui dengan langkah pasti. Sampeyan tahu siapa mereka, pemuda. Pemuda-lah dibalik semua aktifitas perlawanan terhadap kebiadaban penjajah.
Terkesan eksklusif dari pandangan masyarakat umum, memang begitulah sunatullahnya seorang pemuda. Kalau ada pemuda yang sama saja dengan masyarakat disekitarnya, mulai dari perangai sampai pola pikir, sikap, dan tindaknya, patut dipertanyakan kepemudaannya. Jangan-jangan mereka ‘layu sebelum berkembang’. Namun, tidak perlu menyalahkan pihak lain, cukup introspeksi diri lalu perbaiki. Ini berlaku bagi semua tingkatan usia, muda sampai orangtua.
Mungkin negara kita perlu dijajah lagi, biar para pemudanya jadi kreatif dalam dan tidak terlelap pada kehura-huraannya. Padahal, saat ini para pemuda kita sedang diserang oleh para penjajah. Mulai dari sex bebas, narkoba, fashion, film, fans, bahkan food yang samar nilai kehalal-annya. Tak sadarkah kalian, wahai para pemuda. Pintar banar para penjajah era kini dalam menjajah, pemuda kita justru mendukung ‘bom atom’ yang dilancarkan oleh mereka. Ditambah regulasi pemerintah dan DPR yang menjadi ‘macan ompong’ saja, serta keberadaan masyarakat yang sakit.
Sadarlah, bangunlah, bersatulah segera sebelum terlambat. Sesal kemudian tiada guna. Bergabunglah dalam kelompok-kelompok pemuda dalam memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan negara dan bangsa. Pilah dan pilih secara objektif landasan pacumu, cari yang selamat aqidahnya. Tak ada kata henti bagi kalian untuk terus maju dan berjuang di garda terdepan para pemuda. Asahlah selalu religiusmu, jangan hanya membebek alias taklid buta. Do’aku bersamamu. Allahu Akbar.
Minggu, 02 Oktober 2011
Mental Juara : Menjadi pemenang itu hak anda
Sebagaimana hal ihwal penciptaan diri kita, sejak semula kita ini adalah pemenang sejati yang telah bersaing dengan jutaan sel sperma yang lain untuk membuahi sel telur sang ibu. Dari semula kita adalah pemenang yang luar biasa. Tidak bisa dibantah lagi, kita ini sang juara sejati.
Pertanyaannya sekarang, mengapa sekarang kita menjadi manusia yang sering pesimis, baru menghadapi kegagalan sekali sudah putus asa? Mengapa kebanyakan dari kita berpikir seperti seorang pecundang?
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut, tapi menurut saya faktor yang dominan adalah faktor mental. Kebanyakan dari kita hidup dan dibesarkan di lingkungan yang pesimis, dan di sekolah pun kita tidak pernah diajarkan bagaimana cara memiliki atau menumbuhkan mental positif. Di sekolah, jika kita tidak bisa menjawab soal/pertanyaan dengan jawaban benar (menurut guru) maka kita akan dicap sebagai anak bodoh. Dan ngerinya jika kita menyetujui atau mempercayai cap tersebut secara mental maka akan benar-benar jadi bodohlah kita.
Demikian juga bila kita hidup di keluarga yang serba kekurangan, biasanya orang tua kita akan berkata, “Kita tidak bisa ini, kita tidak punya itu, kita ini orang miskin yang tidak punya apa-apa.” Atau, “Jangan mimpi yang tidak-tidak, bisa makan saja sudah untung.” Demikian seterusnya, kata-kata negatif semacam itu selalu kita dengar hampir sepanjang hari sehingga lambat laun hal itu kita percaya sebagai sebuah kebenaran atau sebuah takdir yang tidak bisa dirubah.
Oleh sebab itu, anak-anak yang lahir dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga orang sukses akan lebih mudah meraih sukses yang mereka impikan karena kata-kata dan sugesti positif selalu ia dapatkan dari lingkungannya. Namun, anak-anak yang lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga yang serba kekurangan akan lebih sulit untuk sukses karena kalimat dominan yang sering mereka dengar adalah kalimat negatif yang menyugesti diri sendiri kepada ketidakberdayaan. Kepercayaan orang tua mereka juga rata-rata adalah kepercayaan para pesimis yang secara tidak mereka sadari mengabaikan potensi alami manusia yang sebenarnya luar biasa sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Adil. Kalau kita mengikuti kepercayaan mereka yang kurang tepat tersebut tentu saja sampai mati pun kita tidak akan mungkin mampu menemukan dan menggali potensi diri kita yang sesungguhnya luar biasa.
Maka untuk menjadi sang Juara Sejati, langkah pertama yang harus kita ambil adalah merubah mental kita menjadi mental juara. Apapun hambatan yang menghadang, kita harus bisa menyugesti diri sendiri bahwa kita mampu melewatinya. Bagaimana pun keadaan kita saat ini—memperihatinkan atau mengenaskan–kita harus bisa meyakinkan diri bahwa kita adalah Pemenang Sejati. Dengan begitu, akan ada motivasi dari dalam yang akan membangkitkan semangat agar kita bisa bangkit dan keluar dari belenggu diri.
Membebaskan pikiran dari belenggu ketidakmampuan bukanlah hal yang mudah, tapi jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, pasti kita bisa dan memang bisa. “Jangan mau seumur-umur dibodohi diri sendiri”, begitu kata Drs. Waidi, MBA. Ed dalam bukunya, “Self Empowerment by NLP”.
Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap diri kita pasti punya kekurangan atau kelemahan. Tapi bukan berarti kita harus bersedih atau putus asa karena kelemahan tersebut. Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan itu Maha Adil; selain kelemahan, ternyata kita juga dikaruniai kelebihan atau keunikan yang melekat pada diri kita. Satu-satunya jalan adalah kita harus memfokuskan perhatian pada kelebihan dan keunikan diri kita tersebut sehingga hal itu bisa menjadi sumber kekuatan untuk menggali potensi agar kita menjadi manusia yang luar biasa. Dari sini kita bisa memahami bagaimana pentingnya memiliki mental juara.
Mental juara itu selalu berkata, “Anda unik, Anda punya kelebihan, Anda bukan manusia sembarangan!” Mental juara juga akan berkata, “Anda pasti bisa kalau mau mencoba, selalu ada jalan untuk mewujudkannya, jangan pernah putus asa!” Mental juara akan membawa kita menjadi juara yang sesungguhnya karena selalu ada kekuatan di balik sebuah kepercayaan. Semakin kita meyakini, semakin dekat dengan kenyataan. Demikian juga dengan sikap mental juara, ia akan membuat kita semakin percaya diri dalam melangkahkan kaki menyusuri kehidupan ini ke arah tujuan hidup kita.
Sebagaimana proses awal penciptaan diri kita; kita adalah seorang pemenang dan memang “dilahirkan untuk menang” maka menjadi seorang pemenang adalah hak saya, hak Anda, hak kita semua. Mulailah dengan memiliki mental juara dan yakinkan diri kita bahwa menjadi pemenang adalah hak kita. Kita tidak hanya bisa menjadi penonton para juara, tapi kita juga bisa menjadi sang Juara sejati–seperti mereka yang mungkin menjadi idola kita—dalam kehidupan nyata. Akhirnya, ucapkanlah “selamat jalan/selamat tinggal” kepada para pecundang atau para pesimis yang bersemayam dalam diri kita, “Daaa…! Bye-bye…!”
Percayalah, menjadi seorang pemenang adalah hak Anda! Anda adalah sang juara sejati…!
Sekarang, beranikah Anda mengubah mental dan pikiran Anda…?
Pertanyaannya sekarang, mengapa sekarang kita menjadi manusia yang sering pesimis, baru menghadapi kegagalan sekali sudah putus asa? Mengapa kebanyakan dari kita berpikir seperti seorang pecundang?
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut, tapi menurut saya faktor yang dominan adalah faktor mental. Kebanyakan dari kita hidup dan dibesarkan di lingkungan yang pesimis, dan di sekolah pun kita tidak pernah diajarkan bagaimana cara memiliki atau menumbuhkan mental positif. Di sekolah, jika kita tidak bisa menjawab soal/pertanyaan dengan jawaban benar (menurut guru) maka kita akan dicap sebagai anak bodoh. Dan ngerinya jika kita menyetujui atau mempercayai cap tersebut secara mental maka akan benar-benar jadi bodohlah kita.
Demikian juga bila kita hidup di keluarga yang serba kekurangan, biasanya orang tua kita akan berkata, “Kita tidak bisa ini, kita tidak punya itu, kita ini orang miskin yang tidak punya apa-apa.” Atau, “Jangan mimpi yang tidak-tidak, bisa makan saja sudah untung.” Demikian seterusnya, kata-kata negatif semacam itu selalu kita dengar hampir sepanjang hari sehingga lambat laun hal itu kita percaya sebagai sebuah kebenaran atau sebuah takdir yang tidak bisa dirubah.
Oleh sebab itu, anak-anak yang lahir dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga orang sukses akan lebih mudah meraih sukses yang mereka impikan karena kata-kata dan sugesti positif selalu ia dapatkan dari lingkungannya. Namun, anak-anak yang lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga yang serba kekurangan akan lebih sulit untuk sukses karena kalimat dominan yang sering mereka dengar adalah kalimat negatif yang menyugesti diri sendiri kepada ketidakberdayaan. Kepercayaan orang tua mereka juga rata-rata adalah kepercayaan para pesimis yang secara tidak mereka sadari mengabaikan potensi alami manusia yang sebenarnya luar biasa sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Adil. Kalau kita mengikuti kepercayaan mereka yang kurang tepat tersebut tentu saja sampai mati pun kita tidak akan mungkin mampu menemukan dan menggali potensi diri kita yang sesungguhnya luar biasa.
Maka untuk menjadi sang Juara Sejati, langkah pertama yang harus kita ambil adalah merubah mental kita menjadi mental juara. Apapun hambatan yang menghadang, kita harus bisa menyugesti diri sendiri bahwa kita mampu melewatinya. Bagaimana pun keadaan kita saat ini—memperihatinkan atau mengenaskan–kita harus bisa meyakinkan diri bahwa kita adalah Pemenang Sejati. Dengan begitu, akan ada motivasi dari dalam yang akan membangkitkan semangat agar kita bisa bangkit dan keluar dari belenggu diri.
Membebaskan pikiran dari belenggu ketidakmampuan bukanlah hal yang mudah, tapi jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, pasti kita bisa dan memang bisa. “Jangan mau seumur-umur dibodohi diri sendiri”, begitu kata Drs. Waidi, MBA. Ed dalam bukunya, “Self Empowerment by NLP”.
Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap diri kita pasti punya kekurangan atau kelemahan. Tapi bukan berarti kita harus bersedih atau putus asa karena kelemahan tersebut. Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan itu Maha Adil; selain kelemahan, ternyata kita juga dikaruniai kelebihan atau keunikan yang melekat pada diri kita. Satu-satunya jalan adalah kita harus memfokuskan perhatian pada kelebihan dan keunikan diri kita tersebut sehingga hal itu bisa menjadi sumber kekuatan untuk menggali potensi agar kita menjadi manusia yang luar biasa. Dari sini kita bisa memahami bagaimana pentingnya memiliki mental juara.
Mental juara itu selalu berkata, “Anda unik, Anda punya kelebihan, Anda bukan manusia sembarangan!” Mental juara juga akan berkata, “Anda pasti bisa kalau mau mencoba, selalu ada jalan untuk mewujudkannya, jangan pernah putus asa!” Mental juara akan membawa kita menjadi juara yang sesungguhnya karena selalu ada kekuatan di balik sebuah kepercayaan. Semakin kita meyakini, semakin dekat dengan kenyataan. Demikian juga dengan sikap mental juara, ia akan membuat kita semakin percaya diri dalam melangkahkan kaki menyusuri kehidupan ini ke arah tujuan hidup kita.
Sebagaimana proses awal penciptaan diri kita; kita adalah seorang pemenang dan memang “dilahirkan untuk menang” maka menjadi seorang pemenang adalah hak saya, hak Anda, hak kita semua. Mulailah dengan memiliki mental juara dan yakinkan diri kita bahwa menjadi pemenang adalah hak kita. Kita tidak hanya bisa menjadi penonton para juara, tapi kita juga bisa menjadi sang Juara sejati–seperti mereka yang mungkin menjadi idola kita—dalam kehidupan nyata. Akhirnya, ucapkanlah “selamat jalan/selamat tinggal” kepada para pecundang atau para pesimis yang bersemayam dalam diri kita, “Daaa…! Bye-bye…!”
Percayalah, menjadi seorang pemenang adalah hak Anda! Anda adalah sang juara sejati…!
Sekarang, beranikah Anda mengubah mental dan pikiran Anda…?
Hakekat Hidup
1. Tahu apa hakekat sebenarnya hidup ini.
Banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya hakekat hidup ini. Untuk apa kita hidup? Untuk apa kita ada di dunia ini? Memang butuh perenungan yang dalam untuk menemukan jawaban pertanyaan seperti itu. Jika Anda seorang muslim, pasti Anda pernah mendengar atau membaca firman Alla SWT dalam Al Qur’an surat Adz Dzariyaat ayat 56 yang artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Mengabdi/beribadah di sini memiliki arti yang sangat luas. Tidak ibadah yang kaitannya dengan urusan akhirat saja, namun semua ikhtiar dan kerja keras kita dalam hidup ini adalah ibadah. Selama apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama yang kita anut, itu pun bernilai ibadah. Kita berusaha membahagiakan dan mencukupi kebutuhan keluarga kita, itu juga ibadah. Yang penting dari awal kita niatkan apa pun usaha kita hanya untuk mencari keridhaan-Nya, dan kita pun harus seimbang dalam mengerjakan urusan dunia dan amalan akhirat. Jika kita menyadari hal ini, tentu kita akan memiliki semangat untuk mengerjakan semua pekerjaan dan urusan kita dengan cara yang terbaik. Satu hal yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah niat, karena niat akan menentukan nilai amal/perbuatan kita.
2. Tahu cita-cita hidup kita yang tertinggi.
Semua orang memiliki impian atau cita-cita, namun hanya sedikit yang berani mengejar dan mewujudkannya menjadi sebuah realitas fisik. Banyak orang kehilangan semangat dalam hidupnya hanya karena mereka tidak tahu atau tidak mau tahu akan apa yang sebenarnya yang mereka mau. Apa yang sebenarnya yang mereka inginkan. Kebenyakan orang hanya menjalankan hidup ini sebagai sebuah rutinitas. Dengan sedikit kenyamanan yang mereka rasakan maka berhenti sampai di situlah impiannya. Mereka takut membuat sedikit perbedaan karena khawatir kenyamanan itu akan hilang.
Semua orang pasti memiliki potensi yang luar biasa; dan keluarbiasaan itu baru akan tergali secara maksimal jika kita sudah bisa keluar dari penjara mental kita. Jika kita sudah menemukan profesi yang paling tepat dengan panggilan jiwa kita maka kita akan lebih mudah mengaktualisasikan potensi diri kita yang sebenarnya. Dengan itu kita mendedikasikan hidup untuk kehidupan ini; mempersembahkan yang terbaik yang bisa kita berikan untuk peradaban manusia yang sedang kita jalani saat ini.
Banyak orang berbakat yang terjerat borgol emas. Mereka sebenarnya bisa melakukan hal yang lebih, tapi mereka tidak berani melakukan hal yang berbeda atau keluar dari zona nyaman. Banyak orang yang sebenarnya bakatnya di bidang A, namun kenyataannya ia bekerja di bidang C. Ia tidak berani keluar dari pofesinya yang sekarang karena tidak adanya jaminan penghasilan jika ia benar-benar keluar. Akhirnya ia merasa kehidupannya bagai di penjara, pekerjaannya mengurung ia seperti di sangkar emas. Tidak salah lagi, bukan potensi terdahsyat yang keluar dari dirinya, namun semua itu seakan menjadi rutinitas agar ada nasi yang bisa dimakan hari ini, besok dan seterusnya.
Jika Anda ingin kehidupan Anda penuh semangat dan bahagia maka temukan apa yang sebenarnya Anda inginkan dan kejarlah hal itu. Semua butuh perjuangan dan kerja keras, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi ada hal yang harus Anda tahu: tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dalam hidup ini selama kita mau mencoba dan berusaha. Kadang kita takut melakukan kesalahan atau lebih mendengar kata orang lain yang menyurutkan tekad kita. Jika memang kita sudah memiliki impian yang pantas diperjuangkan, teruslah berjuang untuk mewujudkannya, meskipun banyak proses dan ujian yang harus kita lewati.
3. Bersyukur terhadap apa yang sekarang kita miliki dengan tulus.
Setiap orang mempunyai titik kepuasan sendiri-sendiri. Anda orang yang jika mempunyai rumah satu sudah puas, namun ada juga yang sudah memiliki rumah, hotel, vila atau real estate di berbagai penjuru kota masih belum puas. Ada orang yang punya tabungan 1 juta rupiah sudah merasa kaya, namun ada juga orang yang sudah punya tabungan, deposito, saham atau asset investasi lainnya masih merasa kurang. Pada umumnya untuk urusan harta benda duniawi orang selalu ingin lebih banyak lagi dan lagi. Jika diukur maka tidak ada batasnya. Kabar buruknya adalah hanya sedikit saja dari mereka yang terpenuhi keinginannya.
Orang yang pikirannya selalu merasa kurang, miskin, tidak beruntung, dan sikap negatif lainnya mana mungkin ia akan bahagia dan bersemangat dalam hidupnya. Jika yang dipikirkan hanya yang tidak dimiliki, mana mungkin kita akan bersyukur. Oleh karena itu, dengan mensyukuri semua yang ada pada kita saat ini, itulah sebenarnya sumber semangat kita. Kita akan sadar bahwa Tuhan sebenarnya sangat sayang kepada kita. Banyak sekali nikmat yang sudah kita rasakan, sementara lebih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita. Ada pun sesuatu yang kita inginkan yang belum kita miliki, itu adalah kesempatan bagi kita untuk berikhtiar semampu kita untuk mendapatkannya. Jangan pernah kecewa, apalagi putus asa.
4. Yakin bahwa apa pun yang kita lakukan akan mendapat balasan, baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Setiap perbuatan kita pasti akan ada efeknya. Kita tersenyum kepada orang lain maka orang lain pun akan tersenyum kepada kita. Kita tidak sengaja menginjak kaki orang, mungkin bisa saja orang itu akan marah. Kita memberi sedekah (100 ribu misalnya) pada seorang pengemis, pasti si pengemis akan gembira luar biasa seakan itu sebuah mimpi, dan untaian kalimat doa pun keluar dari mulutnya untuk kebaikan kita. Kita marah, orang di sekitar kita pasti menjauh. Di tempat ramai tiba-tiba kita tertawa sendiri tanpa sebab yang masuk akal, mungkin kita akan disangka gila. Jadi, semua perbuatan (aksi) yang kita lakukan akan menimbulkan efek atau reaksi. Dan efek atau reaksi yang muncul sesuai dengan hukum tabur-tuai. Seperti jika kita menanam padi, bisa dipastikan yang akan tumbuh juga padi. Namun jika kita menanam rumput maka yang akan tumbuh juga rumput. Kalau kita mengharap padi yang akan tumbuh maka kita harus segera bangun dari mimpi buruk.
Setelah kita tahu bahwa apa pun yang kita lakukan akan menimbulkan akibat, baik langsung maupun tidak langsung terhadap diri kita, maka kita harus memilih hanya untuk berbuat yang baik, positif, bermanfaat dan bernilai saja. Dengan demikian, bisa dipastikan efek yang akan kembali kepada kita juga hal-hal yang baik. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini jika kita tahu benar apa yang kita lakukan. Sekecil apa pun yang kita lakukan akan dinilai oleh malaikat pencatat amal. Balasannya tidak saja di dunia, tetapi juga kelak di akhirat. Jika kita ingin rekapan catatan amal tersebut isinya bagus maka kita pun harus selalu menjaga agar setiap perbuatan yang kita lakukan adalah perbuatan terbaik. Waktu kita adalah aset terpenting setelah nafas/oksigen maka kita harus mengisinya dengan gerak/aksi/perbuatan yang jelas manfaatnya. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Jadi semuanya pantang sia-sia.
Dengan menyadari empat hal tersebut maka akan sulit bagi kita untuk tidak bersemangat. Mungkin keadaan Anda saat ini sedang tidak menyenangkan, tapi bukankah kita bisa merubahnya menjadi sebaliknya dengan aksi kita selanjutnya; dengan respon kita terhadap keadaan tersebut. Jika kekasih meninggalkan kita, bukankah kita bisa cari yang lain lagi. Jika kita di PHK, bukankah kita bisa cari pekerjaan lain yang lebih baik atau membuka usaha sendiri. Jika orang lain tidak menghargai kita, bukankah masih banyak orang yang jauh lebih baik yang bisa menjadi sahabat sejati kita. Demikian seterusnya; selalu ada solusi untuk tiap masalah. Kita hanya perlu tetap bersemangat, optimis dan menjernihkan pikiran agar respon dan aksi kita benar-benar efektif dan efisien.
Banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya hakekat hidup ini. Untuk apa kita hidup? Untuk apa kita ada di dunia ini? Memang butuh perenungan yang dalam untuk menemukan jawaban pertanyaan seperti itu. Jika Anda seorang muslim, pasti Anda pernah mendengar atau membaca firman Alla SWT dalam Al Qur’an surat Adz Dzariyaat ayat 56 yang artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Mengabdi/beribadah di sini memiliki arti yang sangat luas. Tidak ibadah yang kaitannya dengan urusan akhirat saja, namun semua ikhtiar dan kerja keras kita dalam hidup ini adalah ibadah. Selama apa yang kita lakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama yang kita anut, itu pun bernilai ibadah. Kita berusaha membahagiakan dan mencukupi kebutuhan keluarga kita, itu juga ibadah. Yang penting dari awal kita niatkan apa pun usaha kita hanya untuk mencari keridhaan-Nya, dan kita pun harus seimbang dalam mengerjakan urusan dunia dan amalan akhirat. Jika kita menyadari hal ini, tentu kita akan memiliki semangat untuk mengerjakan semua pekerjaan dan urusan kita dengan cara yang terbaik. Satu hal yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah niat, karena niat akan menentukan nilai amal/perbuatan kita.
2. Tahu cita-cita hidup kita yang tertinggi.
Semua orang memiliki impian atau cita-cita, namun hanya sedikit yang berani mengejar dan mewujudkannya menjadi sebuah realitas fisik. Banyak orang kehilangan semangat dalam hidupnya hanya karena mereka tidak tahu atau tidak mau tahu akan apa yang sebenarnya yang mereka mau. Apa yang sebenarnya yang mereka inginkan. Kebenyakan orang hanya menjalankan hidup ini sebagai sebuah rutinitas. Dengan sedikit kenyamanan yang mereka rasakan maka berhenti sampai di situlah impiannya. Mereka takut membuat sedikit perbedaan karena khawatir kenyamanan itu akan hilang.
Semua orang pasti memiliki potensi yang luar biasa; dan keluarbiasaan itu baru akan tergali secara maksimal jika kita sudah bisa keluar dari penjara mental kita. Jika kita sudah menemukan profesi yang paling tepat dengan panggilan jiwa kita maka kita akan lebih mudah mengaktualisasikan potensi diri kita yang sebenarnya. Dengan itu kita mendedikasikan hidup untuk kehidupan ini; mempersembahkan yang terbaik yang bisa kita berikan untuk peradaban manusia yang sedang kita jalani saat ini.
Banyak orang berbakat yang terjerat borgol emas. Mereka sebenarnya bisa melakukan hal yang lebih, tapi mereka tidak berani melakukan hal yang berbeda atau keluar dari zona nyaman. Banyak orang yang sebenarnya bakatnya di bidang A, namun kenyataannya ia bekerja di bidang C. Ia tidak berani keluar dari pofesinya yang sekarang karena tidak adanya jaminan penghasilan jika ia benar-benar keluar. Akhirnya ia merasa kehidupannya bagai di penjara, pekerjaannya mengurung ia seperti di sangkar emas. Tidak salah lagi, bukan potensi terdahsyat yang keluar dari dirinya, namun semua itu seakan menjadi rutinitas agar ada nasi yang bisa dimakan hari ini, besok dan seterusnya.
Jika Anda ingin kehidupan Anda penuh semangat dan bahagia maka temukan apa yang sebenarnya Anda inginkan dan kejarlah hal itu. Semua butuh perjuangan dan kerja keras, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi ada hal yang harus Anda tahu: tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dalam hidup ini selama kita mau mencoba dan berusaha. Kadang kita takut melakukan kesalahan atau lebih mendengar kata orang lain yang menyurutkan tekad kita. Jika memang kita sudah memiliki impian yang pantas diperjuangkan, teruslah berjuang untuk mewujudkannya, meskipun banyak proses dan ujian yang harus kita lewati.
3. Bersyukur terhadap apa yang sekarang kita miliki dengan tulus.
Setiap orang mempunyai titik kepuasan sendiri-sendiri. Anda orang yang jika mempunyai rumah satu sudah puas, namun ada juga yang sudah memiliki rumah, hotel, vila atau real estate di berbagai penjuru kota masih belum puas. Ada orang yang punya tabungan 1 juta rupiah sudah merasa kaya, namun ada juga orang yang sudah punya tabungan, deposito, saham atau asset investasi lainnya masih merasa kurang. Pada umumnya untuk urusan harta benda duniawi orang selalu ingin lebih banyak lagi dan lagi. Jika diukur maka tidak ada batasnya. Kabar buruknya adalah hanya sedikit saja dari mereka yang terpenuhi keinginannya.
Orang yang pikirannya selalu merasa kurang, miskin, tidak beruntung, dan sikap negatif lainnya mana mungkin ia akan bahagia dan bersemangat dalam hidupnya. Jika yang dipikirkan hanya yang tidak dimiliki, mana mungkin kita akan bersyukur. Oleh karena itu, dengan mensyukuri semua yang ada pada kita saat ini, itulah sebenarnya sumber semangat kita. Kita akan sadar bahwa Tuhan sebenarnya sangat sayang kepada kita. Banyak sekali nikmat yang sudah kita rasakan, sementara lebih banyak lagi orang yang nasibnya tidak seberuntung kita. Ada pun sesuatu yang kita inginkan yang belum kita miliki, itu adalah kesempatan bagi kita untuk berikhtiar semampu kita untuk mendapatkannya. Jangan pernah kecewa, apalagi putus asa.
4. Yakin bahwa apa pun yang kita lakukan akan mendapat balasan, baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Setiap perbuatan kita pasti akan ada efeknya. Kita tersenyum kepada orang lain maka orang lain pun akan tersenyum kepada kita. Kita tidak sengaja menginjak kaki orang, mungkin bisa saja orang itu akan marah. Kita memberi sedekah (100 ribu misalnya) pada seorang pengemis, pasti si pengemis akan gembira luar biasa seakan itu sebuah mimpi, dan untaian kalimat doa pun keluar dari mulutnya untuk kebaikan kita. Kita marah, orang di sekitar kita pasti menjauh. Di tempat ramai tiba-tiba kita tertawa sendiri tanpa sebab yang masuk akal, mungkin kita akan disangka gila. Jadi, semua perbuatan (aksi) yang kita lakukan akan menimbulkan efek atau reaksi. Dan efek atau reaksi yang muncul sesuai dengan hukum tabur-tuai. Seperti jika kita menanam padi, bisa dipastikan yang akan tumbuh juga padi. Namun jika kita menanam rumput maka yang akan tumbuh juga rumput. Kalau kita mengharap padi yang akan tumbuh maka kita harus segera bangun dari mimpi buruk.
Setelah kita tahu bahwa apa pun yang kita lakukan akan menimbulkan akibat, baik langsung maupun tidak langsung terhadap diri kita, maka kita harus memilih hanya untuk berbuat yang baik, positif, bermanfaat dan bernilai saja. Dengan demikian, bisa dipastikan efek yang akan kembali kepada kita juga hal-hal yang baik. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini jika kita tahu benar apa yang kita lakukan. Sekecil apa pun yang kita lakukan akan dinilai oleh malaikat pencatat amal. Balasannya tidak saja di dunia, tetapi juga kelak di akhirat. Jika kita ingin rekapan catatan amal tersebut isinya bagus maka kita pun harus selalu menjaga agar setiap perbuatan yang kita lakukan adalah perbuatan terbaik. Waktu kita adalah aset terpenting setelah nafas/oksigen maka kita harus mengisinya dengan gerak/aksi/perbuatan yang jelas manfaatnya. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Jadi semuanya pantang sia-sia.
Dengan menyadari empat hal tersebut maka akan sulit bagi kita untuk tidak bersemangat. Mungkin keadaan Anda saat ini sedang tidak menyenangkan, tapi bukankah kita bisa merubahnya menjadi sebaliknya dengan aksi kita selanjutnya; dengan respon kita terhadap keadaan tersebut. Jika kekasih meninggalkan kita, bukankah kita bisa cari yang lain lagi. Jika kita di PHK, bukankah kita bisa cari pekerjaan lain yang lebih baik atau membuka usaha sendiri. Jika orang lain tidak menghargai kita, bukankah masih banyak orang yang jauh lebih baik yang bisa menjadi sahabat sejati kita. Demikian seterusnya; selalu ada solusi untuk tiap masalah. Kita hanya perlu tetap bersemangat, optimis dan menjernihkan pikiran agar respon dan aksi kita benar-benar efektif dan efisien.
Langganan:
Postingan (Atom)