KHASANAH pengetahuan masyarakat Indonesia terkait dunia periklanan, ada yang disebut sebagai perang pemikiran -gozwul fikri-, tak terkecuali iklan layanan masyarakat terkait kepeloporan pemuda. Mulai iklan kebobrokan moral bangsa, semangat perjuangan bangsa, kemajuan ekonomi, peradaban, pendidikan, bahkan sampai kemajuan teknologi, semua mengikatkan para pemuda dalam setiap tayangan space iklannya. Baik dimedia elektronik maupun cetak, juga spanduk dan baliho.
Pemuda yang diidentikkan dengan sumber kekuatan, punya idealita, selera muda, sampai pada life-style terkini. Produsen rokok tak mau ketinggalan, mempromosikan penyakit pun menggunakan kekuatan pemuda, terlihat dalam setiap produknya tertulis “merokok dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, paru-pau, hipertensi, dan gangguan janin pada wanita hamil”. Jadinya bertolak belakang dengan semangat kepemudaan sebagai simbol kekuatan.
Rawe-rawe rantas malang-malang putung, waja sampai kaputing, contoh dari semboyang yang sering kita dengar sejak zaman perjuangan dulu. Dengan tujuan membakar dan mengobarkan semangat juang para pemuda agar segera ambil tindakan turut dalam barisan para pejuang. Karena pada hakekatnya setiap hari kita berjuang menggapai ridho Allah SWT, bagaimanapun caranya.
Terlalu banyak jargon-jargon perjuangan yang bertujuan membujuk para pemuda yang hanya adem ayem saja, tapi ternyata banyak juga yang tetap terlelap dalam ‘tidurnya’. Betapa tidak, tatkala Banua ini memerlukan uluran tangan para pemuda jiddiyah yang tidak hanya menuntut ilmu, tapi juga berperan aktif mengabdi kepada masyarakat, justru yang terjadi adalah jangankan mikirin orang lain mikir diri sendiri demi kemajuan mentalnya saja, tidak mau. Mereka lebih suka memperturutkan kesenangannya dibanding kebutuhannya, seperti main play station tanpa kenal waktu, ke ‘dugem’ secara terjadual, mejeng di jalanan dan lain sebagainya.
Banua, Bangsa, dan Agama sangat mengharapkan peran aktif pemuda. Pemuda itu ibarat anak emas, satu-satunya harapan tatkala para pendahulu yang telah sepuh tidak lagi mampu berjalan sesuai khitthahnya. Mereka belum banyak terkontaminasi dengan beban-beban sejarah, pemikirannya maju, idealis, tidak mau kompromi jika tidak sesuai dengan pandangannya. Sebagaimana kata Asy-Syahid Imam Hasan Al-Banna, pemuda adalah generasi perubah peradaban.
Terusik dengan maraknya, perbuatan asusila yang dilakukan para pemuda, tatkala ‘tangan dan kata-kata’ belum bisa terlaksana, saya hanya berdoa agar Allah tidak menimpakan adzab di Banua khususnya dan bangsa secara umum. Inilah salah satu harapan dari salah seorang pemuda yang sedang giat menggerakkan peran pemuda dewasa ini ditengah menjamurnya kebobrokan moral sebagian pemuda.
Saya tidak yakin, mereka telah faham akan hakekat seorang pemuda. Entahlah, apakah para seniornya tidak mentranformasikannya kepada juniornya, orang tuanya lupa mengajarkannya kepada mereka karena alasan terlalu sibuk dengan aktifitas kesehariannya. Dengan dalih, toh mereka bisa mendapatkannya disekolah dan kampus maupun pergaulan.
Lebih setengah abad yang lalu kita keluar dari zaman penjajahan, bertubi-tubi dan berganti-ganti negara yang menjajah. Sakit, menjadi negeri terjajah. Tapi justru kita bersemangat dalam melawan mereka, dikobarkan dimana-mana tentang makna perjuangan oleh segelintir insan manusia berjiwa pembaharu yang kreatif. Kemajuan demi kemajuan kita capai dalam target perebutan kembali negeri kita, tahapan dilalui dengan langkah pasti. Sampeyan tahu siapa mereka, pemuda. Pemuda-lah dibalik semua aktifitas perlawanan terhadap kebiadaban penjajah.
Terkesan eksklusif dari pandangan masyarakat umum, memang begitulah sunatullahnya seorang pemuda. Kalau ada pemuda yang sama saja dengan masyarakat disekitarnya, mulai dari perangai sampai pola pikir, sikap, dan tindaknya, patut dipertanyakan kepemudaannya. Jangan-jangan mereka ‘layu sebelum berkembang’. Namun, tidak perlu menyalahkan pihak lain, cukup introspeksi diri lalu perbaiki. Ini berlaku bagi semua tingkatan usia, muda sampai orangtua.
Mungkin negara kita perlu dijajah lagi, biar para pemudanya jadi kreatif dalam dan tidak terlelap pada kehura-huraannya. Padahal, saat ini para pemuda kita sedang diserang oleh para penjajah. Mulai dari sex bebas, narkoba, fashion, film, fans, bahkan food yang samar nilai kehalal-annya. Tak sadarkah kalian, wahai para pemuda. Pintar banar para penjajah era kini dalam menjajah, pemuda kita justru mendukung ‘bom atom’ yang dilancarkan oleh mereka. Ditambah regulasi pemerintah dan DPR yang menjadi ‘macan ompong’ saja, serta keberadaan masyarakat yang sakit.
Sadarlah, bangunlah, bersatulah segera sebelum terlambat. Sesal kemudian tiada guna. Bergabunglah dalam kelompok-kelompok pemuda dalam memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan negara dan bangsa. Pilah dan pilih secara objektif landasan pacumu, cari yang selamat aqidahnya. Tak ada kata henti bagi kalian untuk terus maju dan berjuang di garda terdepan para pemuda. Asahlah selalu religiusmu, jangan hanya membebek alias taklid buta. Do’aku bersamamu. Allahu Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar