Hidup adalah perpaduan antara harapan harapan dan beberapa kekhawatiran. Harapan terwujud dalam impian dan resolusi hidup yang kita buat. Kekhawatiran menjelma dalam rasa takut dan kegelisahan.
Saya punya banyak impian yang saya tuangkan di dalam proposal kehidupan. Sebagian besar aktivitas saya fokus merealisasikan apa yang tertulis dalam proposal hidup itu. Kehidupan saya penuh gairah dan semangat karena setiap desah nafas dipenuhi berbagai harapan.
Namun, saya juga memiliki kekhawatiran. Sebagai seorang pebisnis kekhawatiran utama adalah tidak bisa menggaji karyawan dan kebangkrutan usaha. Sebagai orang tua khwatir bila tidak bisa menjadi suri tauladan bagi darah daging saya. Sebagai anak khawatir tidak bisa membahagiakan orang tua dan khawatir membuat mereka kecewa telah melahirkan saya. Sebagai suami saya juga memendam rasa khawatir sehingga muncul pertanyan, “Apakah saya sudah memberikan yang terbaik untuk belahan jiwaku?”
Sebagai pimpinan pesantren wirausaha terkadang juga khawatir, apakah para alumninya bisa menjadi pengusaha. Apakah mereka bisa memutus rantai kemiskinan di keluarganya? Apakah curahan energi, waktu dan biaya yang kami alokasikan sebanding dengan hasilnya?
Sebagai pengkader trainer sering juga muncul rasa takut, mungkinkah trainer yang saya kader bisa menjadi hebat di panggung sekaligus hebat dalam kehidupan nyata? Sebagai trainer saya juga gelisah, apakah para peserta training yang menghadiri kelas saya memperoleh manfaat melebihi investasi yang sudah mereka keluarkan?
Saya juga sering gelisah, jangan-jangan saya hanya pandai berucap tapi malas dalam bertindak. Saat menulis untuk web inipun saya terkadang khawatir, mungkinkah tulisan ini bisa memberi manfaat, menginspirasi dan menghibur para pembacanya?
Harapan dan kekhawatiran harus selalu ada dalam diri kita. Tanpa harapan hidup Anda hampa dan tidak bergairah. Tanpa kekhawatiran, Anda bisa merasa paling hebat dan tak mau berbenah. So, apa harapan dan kekhawatiran Anda?
Jumat, 25 November 2011
Kunci Bahagia
Orang Jawa mengatakan hidup itu sawang sinawang. Atau, dengan makna lain, seperti perumpamaan “rumput halaman tetangga lebih hijau dari rumput di halaman rumah sendiri”. Kisah berikut ini sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Saat mahasiswa ada yang berpikir, “Enak ya kalau sudah bekerja, bisa punya uang sendiri dan bisa beli ini itu.” Begitu sudah bekerja ia berpikir lagi, “Enak ya jadi pengusaha, waktunya bebas dan tidak harus pergi pagi-pagi.”
Saat sudah beralih profesi menjadi pengusaha lagi-lagi ia berpikir, “Enak ya kalau jadi politisi, kita populer dan urusan bisnis bisa lancar.” Nah, begitu sudah menjadi politisi masih juga ia berpikir, “Enak ya jadi mahasiswa bisa demo dan ngomong apa saja.”
Begitulah gambaran orang yang tak pernah puas dan bahagia. Mereka menghabiskan waktu untuk mengejar bahagia, tanpa pernah bisa merasakannya.
Ada yang mengatakan: bahagia itu misteri. Mengapa? Karena banyak kita temukan orang yang hampir sudah mendapatkan semua hal dalam hidupnya, tapi ia tak bahagia. Sebaliknya, ada orang yang kelihatannya tidak memiliki apa-apa tetapi dia hidup bahagia.
Bagi saya, bahagia itu bukanlah misteri. Bahagia juga tak harus dikejar. Kenapa? Karena bahagia adalah hasil, bukan cara. Ada proses yang harus dilalui. Seseorang tak akan mampu mencapai kebahagiaan bila ia tidak melalui proses tersebut. Proses ini saya sebut 3B: bersyukur, bersabar dan berjiwa besar.
Bersyukur atas semua karunia yang diberikan Allah Sang Maha Kaya dengan cara memanfaatkan semua potensi itu untuk terus bertumbuh dan berbagi manfaat. Bersabar atas semua hambatan, ujian, proses yang harus dijalani dalam setiap tahap kehidupan. Bersyukur dan bersabar inilah landasan yang harus dimiliki mereka yang berjiwa besar.
Orang yang berjiwa besar selalu memiliki impian besar namun ia tak melupakan yang kecil. Ia selalu bertumbuh dan selalu berjuang ingin meninggalkan sesuatu bagi anak cucu. Ia memperjuangkan sesuatu bukan hanya untuk kepentingan dirinya. Kehidupannya penuh gairah, penuh semangat. Pikiran, hati dan jiwanya selalu hidup tak pernah redup.
Saat mahasiswa ada yang berpikir, “Enak ya kalau sudah bekerja, bisa punya uang sendiri dan bisa beli ini itu.” Begitu sudah bekerja ia berpikir lagi, “Enak ya jadi pengusaha, waktunya bebas dan tidak harus pergi pagi-pagi.”
Saat sudah beralih profesi menjadi pengusaha lagi-lagi ia berpikir, “Enak ya kalau jadi politisi, kita populer dan urusan bisnis bisa lancar.” Nah, begitu sudah menjadi politisi masih juga ia berpikir, “Enak ya jadi mahasiswa bisa demo dan ngomong apa saja.”
Begitulah gambaran orang yang tak pernah puas dan bahagia. Mereka menghabiskan waktu untuk mengejar bahagia, tanpa pernah bisa merasakannya.
Ada yang mengatakan: bahagia itu misteri. Mengapa? Karena banyak kita temukan orang yang hampir sudah mendapatkan semua hal dalam hidupnya, tapi ia tak bahagia. Sebaliknya, ada orang yang kelihatannya tidak memiliki apa-apa tetapi dia hidup bahagia.
Bagi saya, bahagia itu bukanlah misteri. Bahagia juga tak harus dikejar. Kenapa? Karena bahagia adalah hasil, bukan cara. Ada proses yang harus dilalui. Seseorang tak akan mampu mencapai kebahagiaan bila ia tidak melalui proses tersebut. Proses ini saya sebut 3B: bersyukur, bersabar dan berjiwa besar.
Bersyukur atas semua karunia yang diberikan Allah Sang Maha Kaya dengan cara memanfaatkan semua potensi itu untuk terus bertumbuh dan berbagi manfaat. Bersabar atas semua hambatan, ujian, proses yang harus dijalani dalam setiap tahap kehidupan. Bersyukur dan bersabar inilah landasan yang harus dimiliki mereka yang berjiwa besar.
Orang yang berjiwa besar selalu memiliki impian besar namun ia tak melupakan yang kecil. Ia selalu bertumbuh dan selalu berjuang ingin meninggalkan sesuatu bagi anak cucu. Ia memperjuangkan sesuatu bukan hanya untuk kepentingan dirinya. Kehidupannya penuh gairah, penuh semangat. Pikiran, hati dan jiwanya selalu hidup tak pernah redup.
Galau
Saya mulai mengenal istilah galau ketika aktif di twitterland setahun yang lalu. Setelah mengamati dunia “pergalauan” menurut saya definisi galau itu banyak. Galau itu heboh sendiri. Galau itu bingung antara berbagai pilihan. Galau itu gelisah yang sangat parah. Galau itu bingung sendiri dan gak jelas maunya apa.
Setelah mengamati dan bergaul dengan beberapa orang galau saya mendapat banyak pelajaran. Orang-orang galau biasanya tidak memiliki prioritas dalam hidup. Mereka juga tidak memiliki impian hidup yang jelas dan menantang. Mereka berpikirnya jangka pendek, yang penting saat ini. Hidup orang-orang galau hanya mengalir mengikuti sesuatu yang sedang ngetrend.
Galau berkepanjangan bisa membuat hidup kacau. Galau tak baik dipelihara terlalu lama, sebab itu berbahaya bagi hidup Anda. Bagaimana agar tidak galau? Saya menyarankan beberapa hal.
Pertama, tetapkan impian hidup. Prestasi terbaik apa yang akan Anda raih di kehidupan dunia ini? Jejak apa yang akan Anda tinggalkan di semesta yang membuat Anda dikenang generasi berikutnya? Kebaikan apa yang akan Anda persembahkan kepada-Nya sehingga Anda layak meminta surga-Nya? Fokuskan hidup Anda untuk mewujudkan impian yang telah Anda tetapkan.
Kedua, menjauh dari informasi negatif. Pastikan hanya menonton acara televisi yang berkualitas, bukan acara gosip atau berita-berita yang “mengotori” pikiran dan hati. Bila aktif di twitter pastikan follow orang-orang yang menyebarkan kebaikan bukan yang “menularkan” kegalauan.
Ketiga, pastikan ucapan dan tindakan Anda selalu positif. Ucapan dan tindakan bukan hanya saat bicara langsung kepada orang termasuk saat membuat status di dunia maya (Facebook, twitter dll). Sebab saat Anda berucap atau bertindak negatif kemudian mendapat respon, saat itulah hal negatif itu semakin heboh. Tanpa Anda sadari, hal negatif itu kemudian “meracuni” pikiran dan hati Anda, membuat Anda gelisah dan semakin galau.
Keempat, bergaulah dengan orang yang positif. Carilah komunitas-komunitas yang positif dan sesuai dengan profesi Anda. Ingatlah, 10 tahun yang akan datang tergantung dengan siapa Anda bergaul dan bersahabat saat ini. Bila saat ini Anda bergaul akrab dengan orang yang galau, 10 tahun yang akan datang hidup Andapun bisa galau dan kacau.
Ayo tinggalkan dunia galau agar hidup Anda tidak semakin kacau…
Setelah mengamati dan bergaul dengan beberapa orang galau saya mendapat banyak pelajaran. Orang-orang galau biasanya tidak memiliki prioritas dalam hidup. Mereka juga tidak memiliki impian hidup yang jelas dan menantang. Mereka berpikirnya jangka pendek, yang penting saat ini. Hidup orang-orang galau hanya mengalir mengikuti sesuatu yang sedang ngetrend.
Galau berkepanjangan bisa membuat hidup kacau. Galau tak baik dipelihara terlalu lama, sebab itu berbahaya bagi hidup Anda. Bagaimana agar tidak galau? Saya menyarankan beberapa hal.
Pertama, tetapkan impian hidup. Prestasi terbaik apa yang akan Anda raih di kehidupan dunia ini? Jejak apa yang akan Anda tinggalkan di semesta yang membuat Anda dikenang generasi berikutnya? Kebaikan apa yang akan Anda persembahkan kepada-Nya sehingga Anda layak meminta surga-Nya? Fokuskan hidup Anda untuk mewujudkan impian yang telah Anda tetapkan.
Kedua, menjauh dari informasi negatif. Pastikan hanya menonton acara televisi yang berkualitas, bukan acara gosip atau berita-berita yang “mengotori” pikiran dan hati. Bila aktif di twitter pastikan follow orang-orang yang menyebarkan kebaikan bukan yang “menularkan” kegalauan.
Ketiga, pastikan ucapan dan tindakan Anda selalu positif. Ucapan dan tindakan bukan hanya saat bicara langsung kepada orang termasuk saat membuat status di dunia maya (Facebook, twitter dll). Sebab saat Anda berucap atau bertindak negatif kemudian mendapat respon, saat itulah hal negatif itu semakin heboh. Tanpa Anda sadari, hal negatif itu kemudian “meracuni” pikiran dan hati Anda, membuat Anda gelisah dan semakin galau.
Keempat, bergaulah dengan orang yang positif. Carilah komunitas-komunitas yang positif dan sesuai dengan profesi Anda. Ingatlah, 10 tahun yang akan datang tergantung dengan siapa Anda bergaul dan bersahabat saat ini. Bila saat ini Anda bergaul akrab dengan orang yang galau, 10 tahun yang akan datang hidup Andapun bisa galau dan kacau.
Ayo tinggalkan dunia galau agar hidup Anda tidak semakin kacau…
Republik Galau
Pertarungan politik bukan hanya dalam rangka pencitraan saja namun lebih kedalam itu rejim orde wacana citra diri atau rejim gemagus penuh galau dan kepanikan ini ternyata sangat cerdas dalam bersikap. Satu demi satu thesis dengan antithesisnya dijalankan, bak perang antar intelijen atau agen khusus, namun sayang memang hanya untuk menepis satu demi satu tanpa pernah sama sekali memperbaiki citra sebenarnya apabila mata dengan cermat melihat, apalagi pembelajaran yang mencerdaskan. Jelas sangat jauh karena memang tak ada niat untuk memperbaiki kondisi masyarakat luas.
Tahun 2014 memang sudah dekat, dan kekuasaan 5 tahun sekali adalah hal yang sangat pendek dengan pola baru apalagi membangun akar kekuasaan, sangat tidak mungkin dan memang itu adalah niatan bersih demokrasi karena ada pemerataan kecerdasaan dan evaluasi yang berlanjut akan progres sebuah negara yang sehat dan waras. Jelas sangat tidak mungkin untuk mematahkan keistimewaan Yogyakarta dengan raja dan gubernurnya yang bisa seumur hidup karena secara budaya memang belum pernah ada perang dan pengambilalihan kekuasaan dari kerajaan mataram kepada negara Indonesia.
Adalah menjadi hak bagi raja negara Mataram waktu itu untuk menegosiasikan atas integrasinya kepada Republik dengan masih diakuinya Yogyakarta sebagai sebuah Mataram, menjadi sebuah daerah yang istimewa. Demikian pula seharusnya yang terjadi dengan kerajaan-kerajaan lain yang mensupport baik material maupun non material demi perjuangan dan kemerdekaan Republik kala itu, meski tanpa kuitansi maupun bukti jasa. Aneh ketika ada pemikiran bahwa akan memunculkan kembali presiden seumur hidup demi mematahkan keistimewaan Yogyakarta karena pemilihan atau penetapan Gubernurnya, ataukah Republik sudah iri akan keistimewaan Yogyakarta, sehingga ingin memiliki raja daripada presiden yang boros biayanya karena setiap 5 tahun sekali harus mengadakan pemilihan presiden, dasar negeri begajul. Bukankah setiap orang pun sudah mengetahui dan mafhum bahwa kerajaan Mataram secara rendah hati cukup terima hanya menjadi aset wisata sehingga mati-matian untuk tidak berubah menjadi kerajaan modern dengan ini itu dan inovasinya yang jika digelar mungkin akan lebih waras.
Galau, ya, akan menjadi semakin membuat kegalauan ketika dengan mudahnya menepis dan membuat lupa, bahkan membuat sibuk para pemuka kepercayaan dan tokoh-tokoh agama tergabung dalam rohaniwan pemberi pekerti tentang belasan kebohongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu, sangat murah, tidak kentara namun memberi hasil yang signifikan dengan mencomot serta mendukung secara halus kelompok-kelompok islam keras yang tidak mau mengaku keras untuk membubarkan saudaranya sendiri Ahmadiyah, entah salah atau tidak namun sudah beberapa nyawa melayang, serta penciptaan trauma tak terperi bagi pengikut ahmadiyah. Sekarang siapa yang sempat lagi menoleh tentang deklarasi pernyataan tentang 18 kebohongan presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, jangankan menoleh, mungkin mengingatpun sudah ketakutan dan tak sempat lagi karena muka para tokoh agama itu suda dicoreng dengan kejadian Cikeusik dan konflik bernuansa SARA lain yang notabene adalah tanggungjawab dan beban para tokoh keagamaan yang terhormat tersebut.
Mengapa galau semakin berkobar merebakan kegalauan demi kegalauan, semakin menggalau hingga akhirnya entah akan menjadi apa kebengisan rejim yang dibalut dengan kepanikan hingga penggalauan ilmu pengetahuan hingga penimbunan galau dalam setiap regulasi yang digulirkan?. Bukan tidak mungkin penciptaan crops circle di lokasi paling strategis dalam kacamata lain di Mataram, adalah bentuk adu galau politik tingkat tinggi sehingga isu istimewa Jogja menjadi agak dingin dan tidak membuat panik, selain erupsi merapi yang pernah disetting untuk mengkerdilkan tokoh tertentu.
Hingga sebuah potret manusia tentang pencari uang bernama Gayus yang menjadi korban karena mungkin siapapun bahkan yang berteriak takbir ketika menyerang sesamanya hanya karena berbeda pun akan lebih rakus ketika duduk dikursi seseorang bernama Gayus. Juga dengan mudahnya mencoreng muka partai besar lawan politik hanya dengan isu ketua umum panitia olah raga rebutan bola dimasukkan ke gawang lawan. Juga kegalauan para pecinta kebebasan berekspresi dan informasi terhadap Datuk Maringgih tukang tweet pantun galau tanpa makna. Apalagi dengan seorang menteri pencatat notulensi rapat kabinet yang akan meninabobokkan beberapa stasiun dan terminal informasi karena menjelek-jelekkan penguasa. Sudah bertebaran galau di negeri ini, yang bisa mengalahkan kegalauan pengendara ketika pasrah berhenti dalam kemacetan Jakarta.
surga begajul, ataukah memang surga menjadi pertanyaan yang sangat penting untuk memudahkan kelancaran dalam pengaweta kekuasaan. Semangat sadumuk bathuk sanyari bumi adalah api dalam sekam yang mudah disulut. Kekerasan dan sifat perjuangan hingga titik darah penghabisan yang pernah terejawantahkan ketika merebut hingga mempertahankan kemerdekaan bisa menjadi bom waktu dan bumerang bagi Republik ini, sifat ksatria ketika harga dirinya terkoyak bukan tidak mungkin hal itu sangat dicontoh oleh revolusi dan gejolak politik di timur tengah saat ini. Sebagaimana mungkin yang ada dalam benak para punggawa tirani tafsir untuk bersiap menjalani adu domba yang tak akan pernah disadarinya.
Lebih membuat galau adalah menyatukan figur-figur cinta damai dan pluralis yang sepertinya tidak terwadahi lagi dalam satu ikatan sebagaimana yang dilakukan Abdurrahman Wahid ketika itu, mereka para pejuang kemanusiaan, anti kekerasan dan pluralisme saat ini seakan menjadi ronin yang galau tanpa tuan namun berhadapan dengan ronin-ronin Soeharto yang sudah menjelma menjadi ninja dengan persenjataan dan mental yang sudah pulih lagi. Akan menjadi apa lagi daripada menjadikan panik dan galaunya kekuasaan ditangan, hal paling mudah adalah mengadunya untuk mendapatkan benih-benih kesetiaan baru pada Putera Mahkota yang sedang disiapkan, meski masih nampak goblok dan super pekok. Wallahualam, semoga hanyalah kegalauan saya saja.
Tahun 2014 memang sudah dekat, dan kekuasaan 5 tahun sekali adalah hal yang sangat pendek dengan pola baru apalagi membangun akar kekuasaan, sangat tidak mungkin dan memang itu adalah niatan bersih demokrasi karena ada pemerataan kecerdasaan dan evaluasi yang berlanjut akan progres sebuah negara yang sehat dan waras. Jelas sangat tidak mungkin untuk mematahkan keistimewaan Yogyakarta dengan raja dan gubernurnya yang bisa seumur hidup karena secara budaya memang belum pernah ada perang dan pengambilalihan kekuasaan dari kerajaan mataram kepada negara Indonesia.
Adalah menjadi hak bagi raja negara Mataram waktu itu untuk menegosiasikan atas integrasinya kepada Republik dengan masih diakuinya Yogyakarta sebagai sebuah Mataram, menjadi sebuah daerah yang istimewa. Demikian pula seharusnya yang terjadi dengan kerajaan-kerajaan lain yang mensupport baik material maupun non material demi perjuangan dan kemerdekaan Republik kala itu, meski tanpa kuitansi maupun bukti jasa. Aneh ketika ada pemikiran bahwa akan memunculkan kembali presiden seumur hidup demi mematahkan keistimewaan Yogyakarta karena pemilihan atau penetapan Gubernurnya, ataukah Republik sudah iri akan keistimewaan Yogyakarta, sehingga ingin memiliki raja daripada presiden yang boros biayanya karena setiap 5 tahun sekali harus mengadakan pemilihan presiden, dasar negeri begajul. Bukankah setiap orang pun sudah mengetahui dan mafhum bahwa kerajaan Mataram secara rendah hati cukup terima hanya menjadi aset wisata sehingga mati-matian untuk tidak berubah menjadi kerajaan modern dengan ini itu dan inovasinya yang jika digelar mungkin akan lebih waras.
Galau, ya, akan menjadi semakin membuat kegalauan ketika dengan mudahnya menepis dan membuat lupa, bahkan membuat sibuk para pemuka kepercayaan dan tokoh-tokoh agama tergabung dalam rohaniwan pemberi pekerti tentang belasan kebohongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu, sangat murah, tidak kentara namun memberi hasil yang signifikan dengan mencomot serta mendukung secara halus kelompok-kelompok islam keras yang tidak mau mengaku keras untuk membubarkan saudaranya sendiri Ahmadiyah, entah salah atau tidak namun sudah beberapa nyawa melayang, serta penciptaan trauma tak terperi bagi pengikut ahmadiyah. Sekarang siapa yang sempat lagi menoleh tentang deklarasi pernyataan tentang 18 kebohongan presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, jangankan menoleh, mungkin mengingatpun sudah ketakutan dan tak sempat lagi karena muka para tokoh agama itu suda dicoreng dengan kejadian Cikeusik dan konflik bernuansa SARA lain yang notabene adalah tanggungjawab dan beban para tokoh keagamaan yang terhormat tersebut.
Mengapa galau semakin berkobar merebakan kegalauan demi kegalauan, semakin menggalau hingga akhirnya entah akan menjadi apa kebengisan rejim yang dibalut dengan kepanikan hingga penggalauan ilmu pengetahuan hingga penimbunan galau dalam setiap regulasi yang digulirkan?. Bukan tidak mungkin penciptaan crops circle di lokasi paling strategis dalam kacamata lain di Mataram, adalah bentuk adu galau politik tingkat tinggi sehingga isu istimewa Jogja menjadi agak dingin dan tidak membuat panik, selain erupsi merapi yang pernah disetting untuk mengkerdilkan tokoh tertentu.
Hingga sebuah potret manusia tentang pencari uang bernama Gayus yang menjadi korban karena mungkin siapapun bahkan yang berteriak takbir ketika menyerang sesamanya hanya karena berbeda pun akan lebih rakus ketika duduk dikursi seseorang bernama Gayus. Juga dengan mudahnya mencoreng muka partai besar lawan politik hanya dengan isu ketua umum panitia olah raga rebutan bola dimasukkan ke gawang lawan. Juga kegalauan para pecinta kebebasan berekspresi dan informasi terhadap Datuk Maringgih tukang tweet pantun galau tanpa makna. Apalagi dengan seorang menteri pencatat notulensi rapat kabinet yang akan meninabobokkan beberapa stasiun dan terminal informasi karena menjelek-jelekkan penguasa. Sudah bertebaran galau di negeri ini, yang bisa mengalahkan kegalauan pengendara ketika pasrah berhenti dalam kemacetan Jakarta.
surga begajul, ataukah memang surga menjadi pertanyaan yang sangat penting untuk memudahkan kelancaran dalam pengaweta kekuasaan. Semangat sadumuk bathuk sanyari bumi adalah api dalam sekam yang mudah disulut. Kekerasan dan sifat perjuangan hingga titik darah penghabisan yang pernah terejawantahkan ketika merebut hingga mempertahankan kemerdekaan bisa menjadi bom waktu dan bumerang bagi Republik ini, sifat ksatria ketika harga dirinya terkoyak bukan tidak mungkin hal itu sangat dicontoh oleh revolusi dan gejolak politik di timur tengah saat ini. Sebagaimana mungkin yang ada dalam benak para punggawa tirani tafsir untuk bersiap menjalani adu domba yang tak akan pernah disadarinya.
Lebih membuat galau adalah menyatukan figur-figur cinta damai dan pluralis yang sepertinya tidak terwadahi lagi dalam satu ikatan sebagaimana yang dilakukan Abdurrahman Wahid ketika itu, mereka para pejuang kemanusiaan, anti kekerasan dan pluralisme saat ini seakan menjadi ronin yang galau tanpa tuan namun berhadapan dengan ronin-ronin Soeharto yang sudah menjelma menjadi ninja dengan persenjataan dan mental yang sudah pulih lagi. Akan menjadi apa lagi daripada menjadikan panik dan galaunya kekuasaan ditangan, hal paling mudah adalah mengadunya untuk mendapatkan benih-benih kesetiaan baru pada Putera Mahkota yang sedang disiapkan, meski masih nampak goblok dan super pekok. Wallahualam, semoga hanyalah kegalauan saya saja.
Kamis, 24 November 2011
Kesibukan saya akhir-akhir ini
Akhir-akhir ini saya disibukan oleh kegiatan yang ngga ada manfaatnya. Tapi saya memanfaatkan waktu luang saya untuk menulis tulisan ini. Yap semoga bermanfaat.
Selasa, 22 November 2011
Jumat, 18 November 2011
Nak Jangan Nakal Ya..
Nak, Jangan Nakal ya..
Anak saya nakal sekali...
Hati-hati di Sekolah.. jangan Nakal..
dst..
Mungkin ucapan-ucapan itu terasa wajar dan sering diucapkan oleh orang tua kepada anaknya terutama saat anak-anaknya berperilaku tidak sesuai dengan harapan dan kewajaran.
Namun pernahkan kita berfikir dan mendalami tentang efek / akibat dari ucapan tersebut?
Nakal?
Bandel?
Kalau diartikan adalah sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang ada, kecenderungan terhadap perilaku negatif.
Pada saat anak-anak mendengarkan kata-kata tersebut, apalagi sering, yang akan diingat adalah kata-kata Nakal, sehingga itu akan mempengaruhi terhadap emosi dan juga kejiwaannya. Dia hanya akan mengingat "Nakal" dan bukan tidak mungkin anak tersebut akan menanyakan apakah nakal itu? Makanan Apakah nakal itu?? dan akhirnya bukan tidak mungkin dia pun akhirnya akan mencoba melakukan kenakalan dan kenakalan. Dan boleh jadi kemungkinan hal itu menjadi dasar kenapa perilaku remaja saat ini penuh dengan dinamika dan kenakalan.
Alangkah lebih baik jikalau kita bisa mengubah kata-kata kita terhadap anak-anak kita seperti :
Tolong bersikap yang baik ya nak..
Boleh Bersikap sewajarnya..
dll.
Sebuah kata positif yang bertujuan sama dengan kata-kata sebelumnya. Namun tahukah di balik kata-kata tersebut pengaruhnya terhadap cara berfikir dan bertindak seorang anak??
Dia akan selalu bersikap positif dan mencari tahu apakah hal-hal yang baik dan wajar itu saat dia dewasa. Seorang anak akan semakin percaya diri karena sudah dipercaya oleh orang-orang sekitarnya bahwa dia sudah berperilaku baik.
Saya setidaknya sudah membuktikan hal ini. Anak saya yang pertama di sekolah tidak pernah dikenalkan dengan kata-kata Nakal dan Bandel. Namun pada saat ada kejadian yang janggal ada seseorang yang mengatakan bahwa anak saya ini nakal. Apa yang terjadi??
Di kemudian hari, anak saya menjadi pemalu, lebih sulit diatur dan juga bersikap tidak wajar dengan sering mencari perhatian, lebih sering berkata tidak jujur dan sikap-sikap lainnya yang berbeda dari sebelumnya.
Hal ini akhirnya memicu kami untuk lebih memperhatikan dan memberikan pengertian yang lebih agar dia kembali bisa mendapatkan kepercayaan dirinya lagi, dan itu memerlukan waktu yang lama dan harus ada ketelatenan.
Mungkin itu hanya satu kata "Nakal" bagaimana dengan kata-kata lainnya??
Setidaknya mulai saat ini mulailah kita sebagai orang tua memulai untuk menghargai anak dengan selalu memberikan kata-kata positif.
Percayalah.. ini akan sangat berpengaruh terhadap anak-anak kita kedepannya.
Anak saya nakal sekali...
Hati-hati di Sekolah.. jangan Nakal..
dst..
Mungkin ucapan-ucapan itu terasa wajar dan sering diucapkan oleh orang tua kepada anaknya terutama saat anak-anaknya berperilaku tidak sesuai dengan harapan dan kewajaran.
Namun pernahkan kita berfikir dan mendalami tentang efek / akibat dari ucapan tersebut?
Nakal?
Bandel?
Kalau diartikan adalah sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang ada, kecenderungan terhadap perilaku negatif.
Pada saat anak-anak mendengarkan kata-kata tersebut, apalagi sering, yang akan diingat adalah kata-kata Nakal, sehingga itu akan mempengaruhi terhadap emosi dan juga kejiwaannya. Dia hanya akan mengingat "Nakal" dan bukan tidak mungkin anak tersebut akan menanyakan apakah nakal itu? Makanan Apakah nakal itu?? dan akhirnya bukan tidak mungkin dia pun akhirnya akan mencoba melakukan kenakalan dan kenakalan. Dan boleh jadi kemungkinan hal itu menjadi dasar kenapa perilaku remaja saat ini penuh dengan dinamika dan kenakalan.
Alangkah lebih baik jikalau kita bisa mengubah kata-kata kita terhadap anak-anak kita seperti :
Tolong bersikap yang baik ya nak..
Boleh Bersikap sewajarnya..
dll.
Sebuah kata positif yang bertujuan sama dengan kata-kata sebelumnya. Namun tahukah di balik kata-kata tersebut pengaruhnya terhadap cara berfikir dan bertindak seorang anak??
Dia akan selalu bersikap positif dan mencari tahu apakah hal-hal yang baik dan wajar itu saat dia dewasa. Seorang anak akan semakin percaya diri karena sudah dipercaya oleh orang-orang sekitarnya bahwa dia sudah berperilaku baik.
Saya setidaknya sudah membuktikan hal ini. Anak saya yang pertama di sekolah tidak pernah dikenalkan dengan kata-kata Nakal dan Bandel. Namun pada saat ada kejadian yang janggal ada seseorang yang mengatakan bahwa anak saya ini nakal. Apa yang terjadi??
Di kemudian hari, anak saya menjadi pemalu, lebih sulit diatur dan juga bersikap tidak wajar dengan sering mencari perhatian, lebih sering berkata tidak jujur dan sikap-sikap lainnya yang berbeda dari sebelumnya.
Hal ini akhirnya memicu kami untuk lebih memperhatikan dan memberikan pengertian yang lebih agar dia kembali bisa mendapatkan kepercayaan dirinya lagi, dan itu memerlukan waktu yang lama dan harus ada ketelatenan.
Mungkin itu hanya satu kata "Nakal" bagaimana dengan kata-kata lainnya??
Setidaknya mulai saat ini mulailah kita sebagai orang tua memulai untuk menghargai anak dengan selalu memberikan kata-kata positif.
Percayalah.. ini akan sangat berpengaruh terhadap anak-anak kita kedepannya.
Galau Itu Milik Pribadi
Tuhan itu Maha Adil. Ia memberi kepantasan pada umatNya. Orang kecil diberikan kegalauan yang kecil juga, senangnya juga kecil. Untuk orang besar, kegalauannya pun besar.
Oleh karena itu, jalankan kehidupan ini dengan tahapan. Perumpamaan naik anak tangga, lakukan setahap demi setahap. Sebab pertumbuhan itu harus alamiah. Sehingga kita diperintahkan untuk naik kelas secara alamiah.
Memang ada yang ingin berhasil sesegera mungkin. Langsung naik dari anak tangga satu ke anak tangga ke empat. Tapi apa akibatnya ? Dipastikan orang itu akan tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Untuk itu, jangan membuat kita menggalaukan pada hal-hal kecil, yang semestinya mampu kita selesaikan dengan mudah.
Seandainya Tuhan memberikan kita garansi tidak akan gagal dalam kehidupan, apa yang akan kita lakukan ? Pasti diantara kita memiliki jawaban berbeda-beda. Dan mungkin di antara kita tidak tahu apa yang akan dilakukan ?
Hiduplah dengan kebaikan. Kalaupun Tuhan memberikan kita jaminan tidak akan gagal dalam kehidupan, jadilah sebagai pemimpin dunia yang membantu orang kecil, pemimpin dunia yang berperi-kemanusiaan. Karena karakter pribadi sebagai pemimpin, ibarat pandai besi membuat pedang. Dia akan mencari bahan untuk membuat pedang dari baja. Bukan bahan dari alumunium yang membuat pedang biasa dan mudah patah.
Seorang pandai besi tidak akan mengeluh dengan bahan bajanya untuk dibentuk menjadi pedang. Walau memang, si pembuat pedang itu adakalanya punya batasan waktu. Sehingga baja yang terlalu kuat perlu dibuang. Itulah manusia. Jadilah untuk bisa berubah menuju kebaikan. Jangan mempersulit kehidupan. Karena ada orangtua karena tidak mampu mengubah anaknya, akhirnya menyerahkan pada Tuhan untuk menjaganya.
Sambutlah hidup ini dengan gembira. Karena kita sebagai manusia terbuat dari bahan hebat. Kehebatannya itu, mampu menyeterika kehidupannya dan memenangkan diri selalu kuat. Jadikan kegalauan Anda urusan pribadi anda. Bukan kegalauan Anda menjadi urusan orang lain. Jangan jadikan temperatur orang lain, sebag
Oleh karena itu, jalankan kehidupan ini dengan tahapan. Perumpamaan naik anak tangga, lakukan setahap demi setahap. Sebab pertumbuhan itu harus alamiah. Sehingga kita diperintahkan untuk naik kelas secara alamiah.
Memang ada yang ingin berhasil sesegera mungkin. Langsung naik dari anak tangga satu ke anak tangga ke empat. Tapi apa akibatnya ? Dipastikan orang itu akan tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Untuk itu, jangan membuat kita menggalaukan pada hal-hal kecil, yang semestinya mampu kita selesaikan dengan mudah.
Seandainya Tuhan memberikan kita garansi tidak akan gagal dalam kehidupan, apa yang akan kita lakukan ? Pasti diantara kita memiliki jawaban berbeda-beda. Dan mungkin di antara kita tidak tahu apa yang akan dilakukan ?
Hiduplah dengan kebaikan. Kalaupun Tuhan memberikan kita jaminan tidak akan gagal dalam kehidupan, jadilah sebagai pemimpin dunia yang membantu orang kecil, pemimpin dunia yang berperi-kemanusiaan. Karena karakter pribadi sebagai pemimpin, ibarat pandai besi membuat pedang. Dia akan mencari bahan untuk membuat pedang dari baja. Bukan bahan dari alumunium yang membuat pedang biasa dan mudah patah.
Seorang pandai besi tidak akan mengeluh dengan bahan bajanya untuk dibentuk menjadi pedang. Walau memang, si pembuat pedang itu adakalanya punya batasan waktu. Sehingga baja yang terlalu kuat perlu dibuang. Itulah manusia. Jadilah untuk bisa berubah menuju kebaikan. Jangan mempersulit kehidupan. Karena ada orangtua karena tidak mampu mengubah anaknya, akhirnya menyerahkan pada Tuhan untuk menjaganya.
Sambutlah hidup ini dengan gembira. Karena kita sebagai manusia terbuat dari bahan hebat. Kehebatannya itu, mampu menyeterika kehidupannya dan memenangkan diri selalu kuat. Jadikan kegalauan Anda urusan pribadi anda. Bukan kegalauan Anda menjadi urusan orang lain. Jangan jadikan temperatur orang lain, sebag
Malam
Disaat malam semakin larut
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi kesendirian
Diriku seakan terbiar dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai tersibak
Fatamorgana menjauh dari realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Makna kedamaian yang hakiki
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi kesendirian
Diriku seakan terbiar dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai tersibak
Fatamorgana menjauh dari realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Makna kedamaian yang hakiki
Kamis, 03 November 2011
Terima kasih atas supportnya
Terima kasih untuk teman-teman yg sudah support saya, saya yakin masalah ini akan segera tuntas, karena saya ga mau masalah ini berlarut-larut, saya sudah capek & pusing dengan masalah ini :)
Pengalaman terburuk (lanjutan dari tragedi 19 Okt 2011
Baru kali ini mengalami kejadian pahit, ini benar-benar menjadi pengalaman terburuk di penghujung tahun 2011, tahun-tahun sebelumnya saya belum pernah mengalami masalah serumit ini.
Si pemilik mobil minta di lunasi biaya perbaikan mobilnya hari selasa, karena mobil pada hari itu dipastikan sudah jadi, sedangkan sampai detik ini saya belum punya uang sebesar itu.
Si pemilik mobil minta di lunasi biaya perbaikan mobilnya hari selasa, karena mobil pada hari itu dipastikan sudah jadi, sedangkan sampai detik ini saya belum punya uang sebesar itu.
Langganan:
Postingan (Atom)